Sejarah singkat Masjid Jami' NURUL HUDA
Komplek Perumahan Pondok Timur Indah I mulai berpenghuni pada akhir tahun 1989, Ketika itu fasilitas masih sangat terbatas, belum ada aliran listrik belum ada sarana angkutan umum dan fasilitas fasilitas sosial lainnya.
Ketika sudah ada listrik sudah mengalir dan angkutan umum (angkot 19a), penghuni rumah makin banyak dan mulailah terbentuk komunitas masyarakat yang saling berinteraksi.
Kebutuhan penting yang sangat terasa ketika itu khususnya untuk masyarakat muslim penghuni Blok E dan F adalah sarana ibadah berupa masjid, karena masjid yang ada cukup jauh dari lokasi tempat tinggal mereka. Masjid yang dibangun oleh developer berlokasi di Blok I yang cukup jauh, sedangkan masjid-masjid di sekitar komplek lebih jauh lagi lokasinya. Sehingga ketika tiba bulan Ramadhan 1409 H dengan dipelopori para tokoh yang ada, masyakat penghuni muslim Blok E dan Blok F mendirikan tenda di area fasos Blok E di ujung Jl. Elang VII untuk melaksanakan kegiatan shalat tarawih dan aktivitas Ramadhan lainnya. Sejak saat itulah muncul gagasan dan semangat masyarakat untuk mendirikan masjid di sekitar lokasi tersebut.
Dengan semangat dan dukungan yang ada, terbentuklah tim yang bertugas untuk mengupayakan adanya masjid yang mereka inginkan. Mereka menetapkan nama masjidnya adalah NURUL HUDA.
Dalam upaya tim tersebut, bertemulah mereka dengan Habib Ahmad bin Hasan Vad'aq seorang Pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot, yang sanggup membangunkan sebuah masjid di lokasi fasos Blok E di sebelah utara lokasi masjid yang sekarang dengan dana bantuan dari Saudi Arabia. Akhirnya pada tahun 1990 dibangunlah masjid tersebut dan oleh penyandang dana masjid itu diberi nama Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq. Habib Ahmad menyatakan jaminan bahwa masjid itu akan tetap kokoh hingga 10 tahun.
Meskipun oleh penyandang dana masjid itu diberi nama Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Tim Panitia sudah sejak awal menamakan masjid mereka NURUL HUDA, sehingga papan nama masjid yang melekat di masjid adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangkan papan nama di depan masjid adalah Masjid Jami' Nurul Huda, sehingga masjid itu dikenal dengan nama NURUL HUDA Dengan nama itu pula terbentuk Kepengurusan Masjid dengan Ketua Ust. Endin Khoiruddin (Blok F) dan seiring berjalannya waktu kemudian Ketua Pengurus dilanjutkan oleh Ust. Abdurrahman (Blok E).
Ketika penghuni komplek semakin padat, masjid itu menjadi terasa sangat kecil sehingga para tokoh masyakat menggagas untuk mengembangkan / memperluas masjid tersebut. Lalu pada tahun 1992 dibentuk tim Panita Pembangunan dengan Ketua Ir. Prasodjo Sudarmo (Blok E), dan dimulailah dibangun perluasan masjid tersebut, sementara masjid asalnya tetap tidak diganggu agar aktivitas ibadah masih terus berjalan.
Dalam upaya penggalangan dana, panitia sempat menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan mengundang Da'i kondang pada waktu itu yaitu K. H. Zainuddin MZ. Namun acara yang diselenggarakan dengan semangat menggebu ini tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan, sehingga baik panitia maupun masyarakat merasa kecewa, meski tidak ada yang berani menyalahkan siapapun.
Seiring berjalannya waktu, ketika Nurul Huda mulai menurun 'pamor'nya, muncul pula issue khilafiyah yang melanda dan memecah belah masyarakat di mana-mana termasuk di sekitar masjid, ini membuat pembangunan perluasan masjid menjadi tampak terlantar, bahkan sebagian masyarakat mendirikan sendiri tempat ibadah di lingkungan mereka yang tidak jauh dari Nurul Huda, sehingga Masjid Nurul Huda lambat laun menjadi semakin sepi dari jama'ah. Kondisi ini kemudian menyulut keprihatinan para tokoh masayakat penggagas Nurul Huda.
Ketika kondisi Masjid Nurul Huda semakin memprihatinkan, pada tahun 1999 para penggagas Nurul Huda menggagas perlunya ada suatu inovasi yang diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat Nurul Huda, dan dalam perbincangan mereka terbersit pemikirian bahwa untuk upaya itu perlu adanya rekruitment / penjaringan relawan-relawan tambahan baru untuk mendukung aktivitas Nurul Huda. Upaya yang mereka anggap paling cepat adalah mengadakan renovasi kepengurusan Nurul Huda. Dengan berdasar pemikiran tersebut, pada tahun 1999 dilaksanakan Pemilihan Ketua DKM dengan mengundang simpatisan Nurul Huda yang seadanya dan terpilihlah Sahlan A.M. sebagai Ketua DKM Masjid Jami' Nurul Huda.
Dengan kawalan dan dorongan dari para tokoh masyarakat, Ketua DKM terpilih harus segera melaksanakan : (1) Serah Terima Kepengurusan DKM termasuk Panitia Pembangunan; (2) Melengkapi Struktur Kepengurusan dengan melibatkan potensi pengurus lama ditambah dengan personil-baru yang potensial; (3) Membentuk dan memberdayakan Panitia Pembangunan yang baru.
Dalam upaya penggalangan dana, panitia sempat menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan mengundang Da'i kondang pada waktu itu yaitu K. H. Zainuddin MZ. Namun acara yang diselenggarakan dengan semangat menggebu ini tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan, sehingga baik panitia maupun masyarakat merasa kecewa, meski tidak ada yang berani menyalahkan siapapun.
Seiring berjalannya waktu, ketika Nurul Huda mulai menurun 'pamor'nya, muncul pula issue khilafiyah yang melanda dan memecah belah masyarakat di mana-mana termasuk di sekitar masjid, ini membuat pembangunan perluasan masjid menjadi tampak terlantar, bahkan sebagian masyarakat mendirikan sendiri tempat ibadah di lingkungan mereka yang tidak jauh dari Nurul Huda, sehingga Masjid Nurul Huda lambat laun menjadi semakin sepi dari jama'ah. Kondisi ini kemudian menyulut keprihatinan para tokoh masayakat penggagas Nurul Huda.
Ketika kondisi Masjid Nurul Huda semakin memprihatinkan, pada tahun 1999 para penggagas Nurul Huda menggagas perlunya ada suatu inovasi yang diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat Nurul Huda, dan dalam perbincangan mereka terbersit pemikirian bahwa untuk upaya itu perlu adanya rekruitment / penjaringan relawan-relawan tambahan baru untuk mendukung aktivitas Nurul Huda. Upaya yang mereka anggap paling cepat adalah mengadakan renovasi kepengurusan Nurul Huda. Dengan berdasar pemikiran tersebut, pada tahun 1999 dilaksanakan Pemilihan Ketua DKM dengan mengundang simpatisan Nurul Huda yang seadanya dan terpilihlah Sahlan A.M. sebagai Ketua DKM Masjid Jami' Nurul Huda.
Dengan kawalan dan dorongan dari para tokoh masyarakat, Ketua DKM terpilih harus segera melaksanakan : (1) Serah Terima Kepengurusan DKM termasuk Panitia Pembangunan; (2) Melengkapi Struktur Kepengurusan dengan melibatkan potensi pengurus lama ditambah dengan personil-baru yang potensial; (3) Membentuk dan memberdayakan Panitia Pembangunan yang baru.
Masih dengan dukungan dan kawalan para tokoh masyarakat dilaksanakan Serahterima dan melengkapi Struktur Kepengurusan, berikutnya mempersiapkan pekerjaan yang paling penting, besar dan berat yaitu menjaring personil-personil yang akan digabungkan dalam Tim Panitia Pembangunan. Setelah diperoleh personil yang memadai akhirnya terbentuklah Tim Panitia Pembangunan melalui Rapat Pengurus pada tanggal 7 Juli 2000 yang dihadiri pula oleh para tokoh masyarakat dan unsur Pemerintahan RT dan RW di sekitar Masjid Jami' Nurul Huda. Sebagai Ketua Panitia adalah Tula'at Yuri yang bertempat tinggal tepat di depan Masjid Nurul Huda.
Panitia Pembangunan harus segera bekerja karena kondisi fisik masjid yang ada sudah hampir tidak layak lagi karena memang sudah waktunya untuk direnovasi, sesuai dengan jaminan Habib Ahmad bahwa majid itu hanya dijamin untuk 10 tahun, dan tahun 2000 saat itu sudah tahun yang ke 11.
Kegiatan awal dari aktivitas Panitia Pembangunan terekam dalam video presentasi di bawah ini.
Panitia Pembangunan harus segera bekerja karena kondisi fisik masjid yang ada sudah hampir tidak layak lagi karena memang sudah waktunya untuk direnovasi, sesuai dengan jaminan Habib Ahmad bahwa majid itu hanya dijamin untuk 10 tahun, dan tahun 2000 saat itu sudah tahun yang ke 11.
Kegiatan awal dari aktivitas Panitia Pembangunan terekam dalam video presentasi di bawah ini.
Download Video Sekelumit Kegiatan Renovasi Bangunan Masjid NURUL HUDA (260 MB)
Kegiatan Pembangunan berjalan terus hingga pada tanggal 28 Juli 2001 dilaksanakan pengecoran kubah beton. kemudian pada tanggal 6 Oktober 2001 diselesaikan pengecoran struktur beton.
Tiba waktunya hari Selasa malam Rabu 6 November 2002 bertepatan dengan 1 Ramdhan 1423 masjid Nurul Huda yang baru sudah mulai difungsikan sebagai tempat ibadah yaitu melaksanakan shalat Tarawih dan aktivitas Ramadhan lainnya, meskipun belum berdinding dan lantainya masih berupa lantai kerja (plester semen) yang ditutup dengan karpet seadanya.
Selanjutnya kegiatan Pembangunan Masjid Jami' Nurul Huda berjalan terus seiring dengan dan kegiatan masjid pada umumnya. Seiring dengan itu pula terjadi pergantian Ketua DKM Masjid Jami' Nurul Huda :
Inilah sejarah singkat yang dapat tertuang di sini, mohon beri masukan sekirannya ada hal-hal yang perlu diperbaiki.
Awalnya sih maunya bikin sejarah singkat, eh begitu ditulis jadinya panjang juga. Itupun ternyata masih banyak hal yang tidak / belum terungkap.
Semoga informasi yang sudah tertuang di sini menjadi informasi yang bermanfaat dalam melanjutkan aktivitas Masjid Jami' Nurul Huda hingga akhir nanti.
Kegiatan Pembangunan berjalan terus hingga pada tanggal 28 Juli 2001 dilaksanakan pengecoran kubah beton. kemudian pada tanggal 6 Oktober 2001 diselesaikan pengecoran struktur beton.
28-07-2001 Pengecoran Kubah Beton
06-10-2001 Penyelesaian Struktur Beton
Tiba waktunya hari Selasa malam Rabu 6 November 2002 bertepatan dengan 1 Ramdhan 1423 masjid Nurul Huda yang baru sudah mulai difungsikan sebagai tempat ibadah yaitu melaksanakan shalat Tarawih dan aktivitas Ramadhan lainnya, meskipun belum berdinding dan lantainya masih berupa lantai kerja (plester semen) yang ditutup dengan karpet seadanya.
Selanjutnya kegiatan Pembangunan Masjid Jami' Nurul Huda berjalan terus seiring dengan dan kegiatan masjid pada umumnya. Seiring dengan itu pula terjadi pergantian Ketua DKM Masjid Jami' Nurul Huda :
- Sahlan A.M. hingga November 2004;
- Tabronih Hidayat (mandat dari Sahlan A.M.) hingga April 2005
- Ust. Endin Chaeruddin hingga 2008
- Ust. Drs. H. M. Shufi Mughni, M.Ag. hingga 2011
- Ust. Drs. Anis Maksum MM hingga 2015
- H. Tri Widodo hingga saat ini.
Inilah sejarah singkat yang dapat tertuang di sini, mohon beri masukan sekirannya ada hal-hal yang perlu diperbaiki.
Awalnya sih maunya bikin sejarah singkat, eh begitu ditulis jadinya panjang juga. Itupun ternyata masih banyak hal yang tidak / belum terungkap.
Semoga informasi yang sudah tertuang di sini menjadi informasi yang bermanfaat dalam melanjutkan aktivitas Masjid Jami' Nurul Huda hingga akhir nanti.
Komentar
Posting Komentar